Upaya Penyelamatan Lingkungan di Jawa Barat
Siklus
cuaca ekstrem dan berbagai bencana alam kini massif terjadi di beberapa
daerah di Jawa Barat, semua sebab kejadian itu didominasi oleh
kerusakan alam yang berdampak buruk bagi masyarakat. Tak hanya itu,
ketika musim kemarau datang masyarakat pun mengalami kesulitan air
bersih, semua itu diakibatkan karena berkurangnya daya serap air akibat
penyusutan lahan hijau.
Menurut
pihak Dinas Kehutanan Jawa Barat diprediksi pada saat ini Provinsi Jawa
Barat hanya mempunyai luas hutan berkisar 20% berbanding dengan luas
lahan pemukiman yang mencapai 80%. Hal itu juga dianggap tidaklah
mungkin untuk berkontribusi terhadap sirkulasi tata air di seluruh
wilayah Jawa Barat sehingga berdampak buruk bagi lingkungan.
Tidak
sepenuhnya pihak pemerintah bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan
tersebut karena pada kenyataannya banyak faktor yang turut mempengaruhi
kerusakan tersebut, contohnya karena kebutuhan masyarakat yang
mayoritas dihasilkan dari berbagai macam vegetasi hutan.
Selain
itu, pertumbuhan penduduk yang sangat cepat tidaklah selaras dengan
perluasan lahan hijau yang memakan waktu cukup lama dalam
pertumbuhannya, ditambah pula kesadaran dan pengetahuan masyarakat
terhadap kelestarian hutan yang sangat kurang sehingga memperparah
keadaan.
“Sebenarnya
pemerintah sudah banyak program untuk menanggulangi masalah kerusakan
hutan ini, namun tidak semua program tersebut berjalan dengan baik dan
ditambah dengan kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat,” ujar Tobus
salah seorang anggota Mahapeka UIN SGD Bandung saat ditemui di kantor
sekertariatnya, Jumat (8/12).
Pihak
Mahapeka juga telah berkordinasi dengan beberapa lembaga lainya untuk
mengupayakan penyelamatkan dan menyadarkan masyarakat agar peduli
terhadap lingkungannya.
Kurang Menghiraukan Lingkungan
“Ada
beberapa kebijakan pemerintah yang terkesan kurang menghiraukan
lingkungan, program tersebut terkesan bagus dari luar namun jika dikaji
lebih dalam ternyata efeknya kurang sesuai dengan apa yang di inginkan,”
tambah Tobus.
Ia
pun menghimbau agar masyarakat dan Pemerintah saling bersinergi untuk
mengupayakan penyelamatan lingkungan jawabarat dari hilir ke hulu.
“Butuh
kesadaran yang tinggi bagi kita (masyarakat) untuk merubah pola hidup
pribadi kita lalu mengarah pada kebijakan Pemerintah,” ujar Dede “Orock”
selaku Ketua Umum Mahapeka UIN SGD Bandung saat ditemui di waktu yang
sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar